Thursday, December 17, 2009

Menentukan Saham yang Prospek

Dalam dunia bisnis dan investasi, transaksi saham sudah sering di bahas di berbagai media televisi, radio, surat kabar bahkan milis-milis di internet. Yang paling sering ditanyakan para investor adalah Beli saham apa yang akan naik?

Sesungguh-nya menentukan saham yang prospek itu harus berdasarkan logika dan akal sehat tidak berdasarkan ikut2an karena melihat pergerakan-nya yang aktif dan liar.

Saham sebagai instrumen investasi adalah bukti porsi kepemilikan kita atas suatu perusahaan. Suatu Perusahaan dikatakan yang baik jika mampu menghasilkan laba yang berkesibambungan dan membagikan deviden kepada pemegang sahamnya.

Berikut tips-tips yang wajib dijadikan acuan seorang Smart Investor dalam membeli saham :
1. Perusahaan yang rutin membagikan deviden minimal dalam 5 tahun terakhir pada harga yang masuk akal.
2. Cermat track record pemilik dan manajemen-nya apakah reputasi dan kemampuan-nya baik atau buruk.
3. Hindari membeli saham IPO alasan-nya banyak pemilik perusahaan yang nakal justru menumpuk kekayaan-nya dari penawaran saham (IPO) kepada masyarakat.
4. Pilihlah saham yang Likuiditas-nya baik karena kapitalisasi-nya bukan karena saham itu dimiliki sejuta umat.

Deviden merupakan kata kunci bagi smart investor karena tanpa pembagian deviden maka transaksi di bursa lebih seperti Money Games di antara para pemain-nya. Perusahaan yang baik akan membagikan deviden kepada pemegang saham bukan terus menuntut Pemegang sahamnya untuk menyetor modal lagi melalui Right Issue kecuali Right Issue itu untuk pengembangan usaha. Kebanyakan Right Issue di bursa kita saat ini untuk membayar hutang. Kalau Right Issue untuk akuisisi perusahaan kita harus waspada apakah ada penggelembungan aset perusahaan yang akan diakuisisi. Kedengaran-nya repot? Yah kalau tidak mau kehilangan uang sebaiknya waspada "Sedia Payang Sebelum Hujan"

Wednesday, December 16, 2009

Surya Dumai Group dan Ciliandra Fangiono

Perhatikan Berita berikut :
Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menghapus pencatatan saham (delisting) PT Surya Dumai Industri Tbk terhitung 5 Februari 2008.

Surya Dumai dianggap mengalami kondisi yang berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perseroan. Surya Dumai juga tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai, kata Kepala Divisi Pencatatan Sektor Riil BEI, Ignantius Girendroheru, di Jakarta, Jumat.

Selain itu, Surya Dumai juga memenuhi ketentuan "delisting", yakni telah dihentikan perdagangan (suspensi) sahamnya selama dua tahun di pasar reguler dan pasar tunai.

"Mempertimbangkan 'going concern' perseroan, maka bursa memutuskan penghapusan pencatatan efek PT Surya Dumai Industri Tbk dari BEI efektif 5 Februari 2008," ujar Ignatius.

Menurut dia, saham berkode SUDI tersebut masih dapat diperdagangkan di pasar negosiasi selama 20 hari bursa mulai 4 Januari-4 Februari 2008. "Dengan 'delisting', perseroan tidak lagi memiliki kewajiban sebagai perusahaan tercatat," ujarnya.

Surya Dumai merupakan perusahaan pengolahan kayu terpadu yang mengalami kendala bisnis akibat kesulitan bahan baku. (*)


Setahun kemudian Ciliandra Fangiono untuk pertama kali-nya masuk dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes. Ciliandra yang baru berusia 33 tahun ditaksir Forbes memiliki kekayaan US$ 710 juta atau sekitar Rp 6,75 triliun dan berada di peringkat 18 dalam daftar tersebut.

Ciliandra bersama para saudaranya termasuk saudaranya laki-lakinya Cik Sigih memiliki 74% saham First Resources. Perusahaan tersebut didirikan oleh ayah Ciliandra, Martias. Namun Martias telah melepaskan keterlibatannya di perusahaan tersebut sejak tahun 2003.

Laporan Keuangan SUDI (Surya Dumai Industri) menyebutkan Komisaris Utama-nya Martias Fangiono, dan Wakil Direktur Utama yah Ciliandrew Fangiono.

Surya Dumai Industry Delisting kemudian First Resources berjaya. Apakah para pemilik perusahaan di indonesia umumnya cuma menggunakan IPO untuk memperkaya diri ?
Dalam Pasar Modal kita harus berpikir smart. Perusahaan bisa saja bagus tapi keuntungan umum-nya bisa dimanipulasi ke perusahaan lain.

Moral cerita : SUDI yang delisting tahun 2008 dan sering merugi tapi anaknya Martias yaitu Ciliandra Fangiono justru menjadi salah satu orang terkaya versi Majalah Forbes. Apakah keuntungan dari satu perusahaan masuk ke kantong perusahaan lain-nya? Lalu bagaimana nasib investor ritel di Indonesia?

Tuesday, December 15, 2009

RIGHT ISSUE

RIGHT ISSUE atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
adalah suata cara bagi perusahaan yang telah go public untuk menambah modal dengan menerbitkan saham baru. Saham-saham baru ini terlebih dahulu ditawarkan kepada pemegang saham lama.

Pendeknya pemegang saham lama memperoleh hak khusus untuk memesan saham baru terlebih dahulu. Kalau hak tersebut tidak digunakan, maka saham tersebut akan ditawarkan kepada investor lain. Bila hal ini terjadi, persentase kepemilikan pemegang saham lama akan menurun.

Isu yang paling penting adalah penggunaan uang hasil RI. Secara umum uang hasil RI bisa digunakan misalnya untuk modal kerja, akuisisi perusahaan, membayar hutang maupun ekspansi usaha.

Saat ini saham yang group-nya lagi marak rencana right issue adalah saham group Bakrie.
Contohnya : ENRG ratio 11:20 harga pelaksanaan 185
DEWA ratio 5: 2 harga pelaksanaan 100
UNSP ratio 2:5 harga pelaksanaan 530